Tahun baru china atu lebih dikenal dengan budaya Imlek dan tradisi pemberian Angpao dengan salam Gong Xi Fat Choi adalah sebagian kecil budaya warga Thionghoa yang kini banyak dikenal Di Indonesia. Presiden Gus Dur yang saat itu memberikan kesempatan kembali kepada warga keturunan Thionghoa di Indonesia untuk kembali merayakan Imlek dan melakukan Budaya dan tradisinya yang sempat terpasung pada masa Orde baru. Budaya Barongsai yang selalu menyertai tradisi Tahun baru Imlek kini juga bisa bebas dijalankan kembali tanpa harus takut di cap sebagai rezim komunis. Warga keturunan Tionghoa juga tidak merasa takut menggantung lentera merah, membunyikan petasan dan menyembunyikan sapu sebagai salah satu keunikan dari perayaan tahun baru Imlek. Disamping itu, masyarakat Tionghoa juga akan mulai menempel gambar Dewa Penjaga Pintu pada hari-hari perayaan ini. Inilah sebagian budaya yang mungkin dapat kita hormati bersama keberadaannya. Lalu Apakah pembagian tahun dalam budaya masyarakat tionghoa sama dengan penanggalan kalender masehi yang saat ini kita gunakan ? Dan adakah hubungan Budaya tahun baru Imlek dengan Tradisi memberikan Angpao ?
Penanggalan Tionghoa dipengaruhi oleh 2 sistem penanggalan, yaitu Gregorian dan Bulan-Matahari. Satu tahun dibagi menjadi 12 bulan sehingga tiap bulannya terdiri dari 29 ½ hari. Namun Penanggalan ini masih dilengkapi dengan pembagian 24 musim yang ada hubungannya dengan perubahan alam, sehingga pembagian musim ini sangat berguna bagi penduduk disana yang pada jaman dulu masih menggantungkan hidupnya pada pertanian dan terbukti amat berguna dalam menentukan saat tanam maupun saat panen.
Selain dari pembagian musim di atas, dalam penanggalan kalender Tionghoa juga dikenal istilah Tian Gan dan Di Zhi yang merupakan cara unik dalam membagi tahun menurut hitungan siklus 60 tahunan. Masih ada lagi hitungan siklus 12 tahunan, yang kita kenal dengan istilah Shio, yaitu Tikus, Sapi, Macan, Kelinci, Naga, Ular, Kuda, Kambing, Monyet, Ayam, Anjing dan Babi yang mempunyai sifat dan karakternya masing-masing jika dihubungkan dengan ramalan
Sebenarnya, tradisi memberikan angpao sendiri bukan hanya monopoli pada saat tahun baru Imlek, melainkan di dalam peristiwa apa saja yang melambangkan kegembiraan seperti pernikahan, ulang tahun, masuk rumah baru dan lain2, tradisi angpao juga pasti akan ditemukan. Angpao sendiri adalah dialek Hokkian, arti sebenarnya adalah bungkusan atau amplop merah. Menurut kepercayaan Tionghoa, warna merah mempunyai mitos kegembiraan, semangat dan memberikan nasib baik. Dan yang diharuskan memberi angpao adalah mereka yang sudah menikah karena menikah dalam budaya tionghoa adalah batasan anak dan dewasa.
Angpao pada jaman dahulu berupa permen, manisan atau bungkusan roti namun karena jaman sudah berganti maka tradisi angpao diganti dengan pemberian uang agar anak-anak dapat menentukan sendiri apa yang ingin dibelinya. Namun tradisi Angpao di atas tidak mengikat. Sekarang ini, budaya memberikan angpao pada saat tahun baru Imlek tentunya lebih dilihat pada kemampuan secara ekonomi karena angpao sendiri bermakna senasib sepenanggungan, saling mengucapkan dan memberikan harapan yang baik untuk 1 tahun ke depan kepada orang yang menerima angpao tadi. Gong Xi Fat Choi.
Penanggalan Tionghoa dipengaruhi oleh 2 sistem penanggalan, yaitu Gregorian dan Bulan-Matahari. Satu tahun dibagi menjadi 12 bulan sehingga tiap bulannya terdiri dari 29 ½ hari. Namun Penanggalan ini masih dilengkapi dengan pembagian 24 musim yang ada hubungannya dengan perubahan alam, sehingga pembagian musim ini sangat berguna bagi penduduk disana yang pada jaman dulu masih menggantungkan hidupnya pada pertanian dan terbukti amat berguna dalam menentukan saat tanam maupun saat panen.
Selain dari pembagian musim di atas, dalam penanggalan kalender Tionghoa juga dikenal istilah Tian Gan dan Di Zhi yang merupakan cara unik dalam membagi tahun menurut hitungan siklus 60 tahunan. Masih ada lagi hitungan siklus 12 tahunan, yang kita kenal dengan istilah Shio, yaitu Tikus, Sapi, Macan, Kelinci, Naga, Ular, Kuda, Kambing, Monyet, Ayam, Anjing dan Babi yang mempunyai sifat dan karakternya masing-masing jika dihubungkan dengan ramalan
Sebenarnya, tradisi memberikan angpao sendiri bukan hanya monopoli pada saat tahun baru Imlek, melainkan di dalam peristiwa apa saja yang melambangkan kegembiraan seperti pernikahan, ulang tahun, masuk rumah baru dan lain2, tradisi angpao juga pasti akan ditemukan. Angpao sendiri adalah dialek Hokkian, arti sebenarnya adalah bungkusan atau amplop merah. Menurut kepercayaan Tionghoa, warna merah mempunyai mitos kegembiraan, semangat dan memberikan nasib baik. Dan yang diharuskan memberi angpao adalah mereka yang sudah menikah karena menikah dalam budaya tionghoa adalah batasan anak dan dewasa.
Angpao pada jaman dahulu berupa permen, manisan atau bungkusan roti namun karena jaman sudah berganti maka tradisi angpao diganti dengan pemberian uang agar anak-anak dapat menentukan sendiri apa yang ingin dibelinya. Namun tradisi Angpao di atas tidak mengikat. Sekarang ini, budaya memberikan angpao pada saat tahun baru Imlek tentunya lebih dilihat pada kemampuan secara ekonomi karena angpao sendiri bermakna senasib sepenanggungan, saling mengucapkan dan memberikan harapan yang baik untuk 1 tahun ke depan kepada orang yang menerima angpao tadi. Gong Xi Fat Choi.
No comments:
Post a Comment